Penjabaran Sifat Ma’nawiyah


Sifat Ma’nawiyah

Adapun hakikat sifat ma’nawiyah itu: hiyal halul wajibatu lidzati madaamati lidzati mu’allalati bi’illati, artinya hal yang wajib bagi dzat selama ada dzat itu dikarenakan suatu karena yaitu Ma’ani, umpama berdiri sifat Qudrat pada dzat maka baru dinamakan dzat itu Qadirun, artinya Yang Kuasa, Qudrat sifat Ma’ani, Qadirun sifat Ma’nawiah maka berlazim-lazim antar sifat Ma’ani dengan sifat Ma’nawiah, tiada boleh bercerai yaitu tujuh sifat pula:

 1. QADIRUN, artinya Yang Kuasa, melazimkan Qudrat berdiri pada dzat

2. MURIIDUN, artinya Yang Menentukan maka melazimkan Iradat yang berdiri pada dzat

3. ‘ALIMUN, artinya Yang Mengetahui maka melazimkan ‘Ilmu yang berdiri pada dzat

4. HAYYUN, artinya Yang Hidup melazimkan Hayyat yang berdiri pada dzat

5. SAMI’UN, artinya Yang Mendengar melazimkan Sami’ yang berdiri pada dzat

6. BASIRUN, artinya Yang Melihat melazimkan Basir yang berdiri pada dzat

7. MUTTAKALLIMUN, artinya Yang Berkata-kata melazimkan Kalam yang berdiri pada dzat

 Sifat Istighna

 Artinya sifat Kaya, Hakikat sifat Istighna: mustaghniyun ’angkullu maa siwahu, artinya Kaya Allah Ta’ala itu daripada tiap-tiap yang lain.

Apabila dikatakan Kaya Allah Ta’ala daripada tiap-tiap yang lain, maka wajib bagi-Nya bersifat dengan sebelas (11) sifat, jikalau kurang salah satu daripada sebelas (11) sifat itu maka tiadalah dapat dikatakan Kaya Allah Ta’ala daripada tiap-tiap yang lainnya.

 Adapun sifat wajib yang 11 itu ialah:

Wujud, Qidam, Baqa’, Mukhalafatuhu lil khawaditsi, Kiyamuhubinafsihi, Sami’, Basir, Kalam, Sami’un, Basirun dan Muttakalimun.

 Selain sebelas (11) sifat yang wajib itu ada tiga (3) sifat yang harus (Jaiz) yang termasuk pada sifat Istighna yaitu

 1. Mahasuci dari pada mengambil faedah pada perbuatan-Nya atau pada hukum-Nya, lawannya mengambil faedah, yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena jikalau mengambil faedah tiadalah Kaya Ia daripada tiap-tiap yang lainnya karena lazim diwaktu itu berkehendak Ia pada menghasilkan hajat-Nya

2. Tiada wajib Ia menjadikan alam ini. Lawannya wajib yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena jikalau wajib Ia menjadikan alam ini tiadalah Ia Kaya dari pada tiap – tiap yang lainnya, karena lazim diwaktu itu berkehendak Ia kepada yang menyempurnakan-Nya

3. Tiada memberi bekas suatu daripada kainat-Nya dengan kuatnya. Lawannya memberi bekas yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena jikalau memberi sesuatu daripada kainat-Nya dengan kuatnya tiadalah Kaya Ia pada tiap-tiap yang lainnya karena lazim diwaktu itu berkehendak Ia mengadakan sesuatu dengan wasitoh

 Sifat Ifthikhor

Artinya sifat berkehendak: hakikat sifat Ifthikhor: wamuftaqirun ilaihi kullu maa ’adaahu, artinya berkehendak tiap-tiap yang lainnya kepada-Nya.

 Apabila dikatakan berkehendak tiap-tiap yang lain kepada-Nya maka wajib bagi-Nya bersifat dengan sembilan (9) sifat, jikalau kurang salah satu daripada sembilan (9) sifat ini maka tiadalah dapat berkehendak tiap-tiap yang lainya kepada-Nya,

Adapun sifat wajib yang sembilan (9) itu adalah:

1. Qudrat

2. Iradat

3. Ilmu

4. Hayat

5. Qodirun

6. Muridun

7. ‘Alimun

8. Hayyun

9. Wahdaniah

 

Selain dari sembilan (9) sifat yang wajib itu ada dua (2) sifat yang harus termasuk pada sifat Ifthikhor:

1. Baharu sekalian alam ini. Lawannya Qodim yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena jikalau alam ini Qodim tiadalah berkehendak tiap-tiap yang lainnya kepada-Nya karena lajim ketika itu bersamaan derajat-Nya

2. Tiada memberi bekas sesuatu daripada Af’al dengan Sifat atau dzatnya. Lawannya memberi bekas yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali karena jikalau tidak memberi bekas sesuatu daripada Af’al dengan SifatNya niscaya tiadalah berkehendak tiap-tiap yang lain kepada-Nya .

 Maka sekarang telah nyata pada kita bahwa duapuluh delapan (28) sifat Istighna dan duapuluh dua (22) sifat Ifthikhar maka jumlahnya jadi limapuluh (50) ‘akaid yang terkandung didalam kalimah laa ilaha ilallaah, maka jadilah makna hakikat laa ilaha ilallaah itu dua: laa mustaghniyun angkullu maasiwahu, artinya tiada yang kaya dari tiap-tiap yang lainnya dan wa muftaqirun ilaihi kullu ma’adahu, artinya : dan berkehendak tiap-tiap yang lain kepadaNya.

 Ini makna yang pertama maka daripada makna yang dua itu maka jadi empat (4):

1. Wajibul wujud, yaitu yang wajib adanya.

2. Ishiqoqul ibadah, yaitu yang mustahak bagi-Nya ibadah

3. Kholikul ‘alam, yaitu yang menjadikan sekalian alam

4. Maghbudun bihaqqi, yaitu yang disembah dengan sebenar-benarnya.

 Ini makna yang kedua maka daripada makna yang empat (4) itu jadi satu (1) yaitu:

 Laa ilaha ilallaah, Laa ma’budun ilallah, artinya tiada Tuhan yang disembah dengan sebenarnya melainkan Allah.

Ini makna yang ketiga penghabisan maka jadilah kalimah laa ilaha ilallaah itu menghimpun nafi dan isbat

Adapun yang dinafikan itu sifat Istighna’ dan sifat Ifthikhor berdiri pada yang lain dengan mengatakan: laa ilaha dan diisbatkan sifat Istighna’ dan sifat Ifthikhor itu berdiri pada dzat Allah Ta’ala dengan mengatakan kalimah Ilallaah

Laa = nafi, Ilaha = menafi, ila = isbat, Allah = meng-isbat

 Yang kedua kalimat laa ilaha ilallaah itu nafi mengandung isbat dan isbat mengandung nafi sepeti sabda nabi : laa yufarriqubainannafi wal-isbati wamamfarroqu bainahumaa fahuwa kaafirun, artinya Tiada bercerai antara nafi dan isbat dan barang siapa menceraikan keduanya, maka tergolong kedalam golongan kafir.

 Seperti asap dengan api. Asap itu bukan api dan asap itu tidak lain daripada api. Asap tetap asap dan api tetap api: tetapi asap itu menunjukkan ada api inilah artinya nafi mengandung isbat dan isbat mengandung nafi. Tiada bercerai dan tiada bersekutu.

 AQAI’DUL IMAN

Adapun Aqa’idul Iman itu lima bagian:

1. Aqa’idul Iman 50, yaitu dengan ringkas untuk mengesahkan iman kita dan wajib diketahui bagi tiap-tiap orang islam yang baligh lagi beraqal laki-laki atau perempuan yang mula hendak mengerjakan ibadah kepada Allah Ta’ala, jikalau tiada kita mengetahui Aqa’idul Iman yang ringkas ini maka tiadalah syah ibadah kita kepada Allah Ta’ala yaitu 20 sifat yang wajib dan 20 sifat yang mustahil dan 1 sifat yang harus maka dijumlahkan jadi 41 dan 4 sifat yang wajib bagi rasul dan 4 sifat pula yang mustahil dan 1 sifat yang harus pada rasul maka jadi 9, maka dijumlahkan dengan 41, jadi 50 Aqa’id

2. Aqa’idul Iman 60

3. Aqa’idul Iman 64

4. Aqa’idul Iman 66

5. Aqa’idul Iman 68

Adapun Aqa’idul Iman yang empat (4) kemudian ini untuk ma’rifat yaitu untuk membedakan dzat Allah Ta’ala dengan dzat yang baharu, dan membedakan sifat Allah Ta’ala dengan sifat yang baharu dan membedakan perbuatan Allah Ta’ala dengan perbuatan yang baharu, maka kesemuanya itu benar, hanya perselisihannya pada Rukun Iman saja, setengahnya tiada dimasukkan Rukun Iman yang 4 perkara, maka jadi 60, setengahnya dimasukkan Rukun Iman tetapi tiada dimasukkan lawannya, maka jadi 64, dan setengahnya dimasukkan Rukun Iman yang 4 perkara dan lawannya , maka jadilah 68 dan yang 66 tiada masyhur sebab tiada dimasukkan satu (1) sifat yang wajib bagi Rasul dan lawannya maka inilah sebab menjadi 66.

Maka Syahadat itu terdiri dua (2) bagian:

1. Syahadat Tauhid, yaitu Ashadu anllaa ilaha ilallah

2. Syahadat Rasul, yaitu Ashadu ana muhammadarrasuulullaah

 

Adapun Fardhu Syahadat itu dua perkara:

1. Diikrarkan dua kalimah itu dengan lidah

2. Ditasdiqkan makna itu kedalam hati

 

Syarat Syahadat itu empat perkara:

1. Diketahui apa isi didalam dua kalimah itu

2. Diikrarkan dua kalimah itu dengan lidah

3. Ditasdiqkan maknanya itu kedalam hati

4. Diyakinkan sungguh-sungguh didalam hati

 

Rukun Syahadat itu empat perkara:

1. Mengisbatkan dzat Allah Ta’ala dzat yang wajibal wujud

2. Mengisbatkan sifat Allah Ta’ala sifat yang kamalat atau sifat yang kesempurnaan

3. Mengisbatkan af’al Allah Ta’ala memberi bekas dan yang berlaku dalam alam ini semua perbuatannya

4. Mengisbatkan kebenaran Rasulullah dan Muhammad itu benar-benar pesuruh Allah

 

Kesempurnaan Syahadat itu empat (4) perkara:

1. Diketahui

2. Diikrarkan dengan lidah

3. Ditasdiqkan maknanya didalam hati

4. Diamalkan dari dalam hati hingga melimpah keseluruh anggota

 

Yang Membinasakan Syahadat itu empat (4) perkara:

1. Syak hatinya pada Allah Ta’ala

2. Menduakan Allah Ta’ala

3. Menyangkal dirinya dijadikan Allah Ta’ala

4. Tiada mengisbatkan dzat, sifat dan af’al Allah Ta’ala dan kebenaran Rasul

 

Adapun dzikir itu tiga (4) bagian

1. Dzikir lidah yaitu: Laa ilaha ilallah

2. Dzikir hati yaitu: Illalah

3. Dzikir Ruh yaitu: Allah

3. Dzikir sirr yaitu: Huwa

 

Adapun Laa ilaha ilallaah dzikir orang Syari’at

Adapun Allah… Allah… dzikir orang Tarikat

Adapun Huwa… Huwa… dzikir orang Hakikat

Laa ilaha ilallaah itu makanan Jasmani

 Allah… Allah… itu makanan Qalbu

Huwa… Huwa… itu makanan Ruhani

 

ALLAH

Alif = Dzat

Lam = Sifat

Lam = Af’al

Ha = Asma’

 

Adapun yang wajib bagi Ketuhanan itu bersifat dengan empat sifat:

1. Sifat Nafsiyah, yaitu Wujud

2. Sifat Salbiyah yaitu, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lil khawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan Wahdaniat

3. Sifat Ma’ani, yaitu, Qudrat, Iradat, Ilmu, Hayat, Sami’, Bashir dan Kalam

4. Sifat Ma’nawiyah, yaitu Qadirun, Muridun, ‘Alimun, Hayyun, Sami’un, Bashirrun dan Muttaqalimuun

 

Adapun sifat 20 terbagi kepada 4 bagian.

1. Wujud – Sifat Ma’ani (karena Maujud sifat kepada zat dan memberi bekas sifat kepada kejadian alam.

2. Adum – Sifat Salbiah (Karena tiada Maujud pada zhan dan pada kharij)

3. Hal – Sifat Nafsiah ( Karena sifat Nafsiah adalah kenyataan Maujud)

4. Iktibar – Sifat Ma’nawiyah ( Nama bagi zat yang wajibul wujud sekalian alam dan nyatanya sifat 20.

 Adapun Martabat Sifat 20 terbagi kepada 3

1. Martabat Zat – Sifat Nafsiah dan Salbiah – Karena sifat ini kenyataan kepada zat yang mana hanya Allah Saja yang mengetahui.

2. Martabat Sifat – Sifat Ma’ani – Tiada maujud sifat kepada zat dan memberi bekas sifat pada kejadian alam.

3. Martabat I’sma – Sifat Ma’nawiah – Nama bagi zat yang wajib wujud.

 

Terhimpun 20 sifat itu dalam Kalimat Syahadah “Laa Ila Ha’il La’llah”

1. La – 5 Sifatnya – Wujud, Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lil khawaditsi, Qiyamuhu binafsihi (Yang mana sifat2 ini wujud hingga kiamat dan dia dinamakan kalimah tauhid)

2. Illaa – 6 Sifatnya – Sami’, Bashir, Kalam Sami’un, Bashirrun dan Muttaqalimuun ( Kerana sifat ini adalah sifat KAYA)

3. Ha’ila – 4 Sifatnya – Qadirun, Muridun, ‘Alimun, Hayyun ( Karena Melazimi bagi sifat Maani )

4. Allah – 5 Sifatnya – Wahdaniat, Qudrat, Iradat, Ilmu dan Hayat ( Karena dengan sifat ini Zahir segala sifat)

 1. La Tauhid Zat kenyataan bagi Allah   Kediamannya Rahasia

2. Illa Tauhid Sifat kenyataan bagi Muhammad kediamanya Nyawa

3. Ha’ila Tauhid Isma kenyataan bagi Roh kediamanya pada Hati

4. Allah Tauhid A’ffal kenyataan bagi Adam kediamanya pada Tubuh.

9 comments on “Penjabaran Sifat Ma’nawiyah

    • Isbat berarti mengadakan sesuatu yg sebenarnya memang ada .. atau mengambil sebuah kesimpulan mutlak.. nafi berarti meniadakan sesuatu yg memang sebenarnya tidak ada.. karna itu kalimat La Ilaha Illallah disebut juga kalimat Nafi isbat.. La ( Lam Alif istigrakil jinziyah ) La yg sebenar2nya Tidak.. baik sebelumnya maupun sesudahnya karna itu diberi pengertian Tiada Tuhan = menafikan atau meniadakan apapun.. sesuatupun.. kembalilah segala sesuatu kepada Azaliyahnya yakni Hanya Allah yg Ada.. tdk ada sesuatupun melainkan hanya Allah.. krn Allah yg mengadakan segala sesuatu itu menjadi ada.. setelah itu barulah nyata dan jelas yg ada hanya Allah.. krn pada hakikatnya yg ada hanya Allah..

      Suka

  1. Assqum…mohon maaf bang,saya sekedar menambahkan sedikit tentang dzikir yg ditulis bang annafis,krn setahu saya dzikir bagi orang tareqat itu ada 5 (lima) :
    1. Dzikir Jasad = Laa Ilaaha Illallah
    2. Dzikir Hati = Illallah
    3. Dzikir Nyawa = Allah
    4. Dzikir Ruh = Hu (huwa)
    5. Dzikir Tidak Berhuruf Tidak Bertitik serta Tidak Bersuara.
    point 5 adalah pemuncak segala dzikir,krn hakekat drpd dzikir iaitu tidak diucapkan dgn kata-kata (baik lisan maupun qalbu),tidak didenguskan oleh nafas, tidak dilihat oleh mata,tidak didengar oleh telinga,dan tidak terlintas oleh fikiran.
    Harap diralat kalau ada kesalahan bang.

    Suka

  2. Bagi orang yang amalannya masih di tingkatan syari’at saja tapi karena pernah mendengar atau membaca jenis-jenis dan lafaz-lafaz zikir yang disebutkan, apakah bisa untuk mengamalkannya langsung? bagaimana caranya? ( zikir hati, zikir ruh, dan zikir sirr ). terima kasih.

    Suka

    • semuanya harus dilakukan dengan bertahap.. zikir hati dilfazkan dihati.. yaitu pada latifatul qalbi.. letaknya dua jari dibawah tetek kiri agak kekiri searah bawah ketiak.. lazimi ini dulu..

      Suka

Tinggalkan komentar